Kisah Penambang Batu Mulia Martapura

Martapura terletak sekitar 45 Km sebelah timur dari Banjarmasin, merupakan Ibukota Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi umum atau menyewa mobil selama sekitar satu jam.

Penambangan intan merupakan sektor andalan dalam bidang perekonomian di Kalimantan Selatan, dimana daerah Banjarmasin adalah daerah yang paling kaya akan intan, khususnya di daerah Cempaka yang merupakan daerah yang paling banyak ditemukan intan. Bagi penduduk Desa Cempaka, mendulang intan merupakan mata pencaharian turun temurun.

Para pendulang biasanya berkelompok-kelompok menggali lobang pada kedalaman sekitar 10-12 meter dengan menggunakan peralatan  tradisional dan metode lama. Mereka bekerja keras mengadu nasib. Bahan galian tersebut selanjutnya dicuci untuk mencari sebutir Intan, terkadang pendulang menemukan pula Batu Akik dan Pasir Emas.


Tak banyak yang tahu, Martapura adalah sebuah kota penghasil intan terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Di wilayah Martapura dan sekitarnya terdapat banyak penambangan intan dengan jumlah produksi mencapai 25.093 ton per tahun. Selain itu intan dan berlian di Martapura memiliki kualitas yang baik sehingga menjadi tempat berburu intan bagi para artis, kaum sosialita dan orang-orang berduit di negeri ini.

Kota Martapura merupakan ibukota Kabupaten Banjar yang terletak di provinsi Kalimantan Selatan. Sejak tahun 1950 hingga sekarang, pedagang intan tradisional tetap melakukan transaksi jual beli di kota yang dulunya bernama Kayutangi, ibukota Kesultanan Banjar di masa pemerintahan Sultan Adam. Jadi tidak heran kalau kota ini dijuluki kota intan karena batu mulia tersebut telah menjadi ciri khas Kota Martapura. Wisatawan pencinta batu perhiasan pun datang berkunjung dan berburu intan ke pusat transaksi intan yang sekaligus tempat penggosokan intan terkenal ini.

Bagaimana intan dan batu permata diperoleh?

Sebelum ke desa penambangannya, saya mampir ke pasar batu permata bernama Pasar Intan Bumi Cahaya Selamat di pusat kota Martapura. Di sini kita dapat menemukan segala jenis batu intan permata dan membelinya sebagai oleh-oleh. Jangan membayangkannya dalam bentuk toko-toko permata mewah ala mal. Bentuknya mirip pasar biasa dangan los-los toko kecil. Di sinilah pusat penjualan intan yang dihasilkan oleh para penambang di Martapura. Ada banyak kios yang menawarkan batu permata dengan ukuran, bentuk, kualitas, dan harga yang bervariasi. Selain penjual intan kita juga dapat menemukan pedagang pakaian dan kain tenun khas Banjar di pasar ini.

Di tengah lubang besar itu terdapat mesin semprot air (untuk mengikis tanah) dan juga mesin penyedot bebatuan. Tepian lubang ini riskan longsor karenanya saya sempat diteriaki oleh para penambang agar tidak berdiri di tepian lubang besar. Sering terjadi kecelakaan karena longsor di sini sehingga para penambang tertimbun. Batu-batuan yang tersedot akan ditarik ke mesin penyaring yang akan memisahkan antara butiran halus dengan batu-batuan besar. Mesin penyaring ini sangat sederhana, hanya dibangun dengan kayu dan seng bekas tong yang disusun sedemikian rupa.

Air berisi butiran halus itu kemudian disalurkan ke lubang-lubang kecil di sekitarnya. Di sinilah para pendulang intan bekerja untuk mengayak dan menyaring untuk menemukan batu-batu intan yang kecil-kecil. Para pendulang intan dengan peralatannya yang berbentuk seperti caping yang lebar dan berwarna hitam tampak gegas meraup tanah dari dasar kolam berwarna kecoklatan. Dengan jeli dan cepat mereka melihat setiap batu-batuan yang tersaring. “Saya dapat nih mas,” ujar seorang pendulang dan menunjukkan bulatan batu transparan. “Tapi ini masih mentah, harus diasah lagi.” ujarnya. Untuk menemukan intan ini mereka memang mengandalkan keberuntungan. “Kadang beberapa minggu bisa nggak dapat,” cerita seorang pendulang. Meski begitu, pendulang di tempat ini semakin hari semakin banyak. Terkadang mereka berpindah “lubang” untuk mencari keberuntungan baru.

Di Martapura terdapat beragam jenis permata dari batu-batuan hasil pendulangan masyarakat setempat. Permata itu dari harga termurah atau Rp5.000 per biji sampai termahal mencapai jutaan rupiah seperti intan berlian. Bahkan untuk intan berlian per biji ada yang mencapai ratusan juta rupiah.

Aneka batu-batuan yang menjadi perhiasan, antara lain akik, biduri bulan, topas, merah siam, merah daging, merah delima, cempaka, berlian, anggur, giok, intan, kuarsa, kecubung, mutiara, mata kucing, pirus, safir, yakut, zamrud, ruby,opal, spinel, bloodstone, tashmarine, quattro, dan alexandrite.


Martapura Penghasil Intan Terbesar di Dunia

Tak banyak yang tahu, Martapura adalah sebuah kota penghasil intan terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Di wilayah Martapura dan sekitarnya terdapat banyak penambangan intan dengan jumlah produksi mencapai 25.093 ton per tahun. Selain itu intan dan berlian di Martapura memiliki kualitas yang baik sehingga menjadi tempat berburu intan bagi para artis, kaum sosialita dan orang-orang berduit di negeri ini.

Bagaimana intan dan batu permata diperoleh? Jika berkesempatan berkunjung ke Kalimantan Selatan, jangan lupa mampir ke Martapura. Jadi kita tidak hanya berkesempatan untuk ke pasar terapung saja di Lok Baintan, tapi juga bisa mampir ke kota Intan Martapura. Dalam perjalanan saya dari Banjarmasin ke Loksado–untuk ber-bamboo rafting–Martapura adalah kota yang disambangi. Jarak tempuhnya dari kota Banjarmasin ke Martapura sekitar 45 menit sampai satu jam.

Sebelum ke desa penambangannya, saya mampir ke pasar batu permata bernama Pasar Intan Bumi Cahaya Selamat di pusat kota Martapura. Di sini kita dapat menemukan segala jenis batu intan permata dan membelinya sebagai oleh-oleh. Jangan membayangkannya dalam bentuk toko-toko permata mewah ala mal. Bentuknya mirip pasar biasa dangan los-los toko kecil. Di sinilah pusat penjualan intan yang dihasilkan oleh para penambang di Martapura. Ada banyak kios yang menawarkan batu permata dengan ukuran, bentuk, kualitas, dan harga yang bervariasi. Selain penjual intan kita juga dapat menemukan pedagang pakaian dan kain tenun khas Banjar di pasar ini.

Di tengah lubang besar itu terdapat mesin semprot air (untuk mengikis tanah) dan juga mesin penyedot bebatuan. Tepian lubang ini riskan longsor karenanya saya sempat diteriaki oleh para penambang agar tidak berdiri di tepian lubang besar. Sering terjadi kecelakaan karena longsor di sini sehingga para penambang tertimbun. Batu-batuan yang tersedot akan ditarik ke mesin penyaring yang akan memisahkan antara butiran halus dengan batu-batuan besar. Mesin penyaring ini sangat sederhana, hanya dibangun dengan kayu dan seng bekas tong yang disusun sedemikian rupa.

Air berisi butiran halus itu kemudian disalurkan ke lubang-lubang kecil di sekitarnya. Di sinilah para pendulang intan bekerja untuk mengayak dan menyaring untuk menemukan batu-batu intan yang kecil-kecil. Para pendulang intan dengan peralatannya yang berbentuk seperti caping yang lebar dan berwarna hitam tampak gegas meraup tanah dari dasar kolam berwarna kecoklatan. Dengan jeli dan cepat mereka melihat setiap batu-batuan yang tersaring. “Saya dapat nih mas,” ujar seorang pendulang dan menunjukkan bulatan batu transparan. “Tapi ini masih mentah, harus diasah lagi.” ujarnya. Untuk menemukan intan ini mereka memang mengandalkan keberuntungan. “Kadang beberapa minggu bisa nggak dapat,” cerita seorang pendulang. Meski begitu, pendulang di tempat ini semakin hari semakin banyak. Terkadang mereka berpindah “lubang” untuk mencari keberuntungan baru.

Batu permata lain yang juga terdapat di sini tetapi belum ada nama Indonesia seperti, chrysoberyl, chrysocolla, chrysoprase, hematite, jasper, kunszite, lapis lazuli, malachite, obsidian, olivine atau peridot, pyrite, tanzanite, tourmaline, dan zircon.

Batu Garut dan Mitos Misterinya

Garut Ohen yang diambil berdasarkan nama dari penemu batu tersebut, dengan ciri khas Batu Hijau Kristal yang sangat mempesona ini pun dikabarkan sudah menghilang dipasaran perbatuan Indonesia atau boleh dikatakan saat ini sudah tidak beredar lagi dipasaran dikarenakan Sang penemu Almarhum Mang Ohen sudah meninggal dunia.

Garut Bungbulang dan Garut Gunung Kencana sangat identik dengan warna hijau tua yang berbintik-bintik hitam didalamnya. Seolah-olah di dalam batu tersebut terdapat banyak pasir hitam di permukaannya, akan tetapi kilau kristal batu tersebut mampu menyihir mata para pecinta batu. Adapun menurut penyebutan nama batu tersebut, dinamakan sesuai dengan nama lokasi penggaliannya di daerah Bungbulang dan Gunung Kencana yang berdekatan dengan Laut Cina Selatan Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut Selatan.

Garut Edong, batu dengan ciri khas 5 Warna dalam 1 Batu ini atau disebut Batu Panca Warna juga sangat melegenda dan mahal harganya dikarenakan warna-warni dibatuan tersebut seolah-olah merupakan Lukisan Abstrak pada Batu dan ada juga yang menyebut Batu Gambar Edong, sebagai penghormatan kepada Aki Edong yang menemukan batuan tersebut dilokasi penggalian di dekat rumahnya.Hasil survey yang dilakukan Tim kami, Batu Ijo Garut dan Panca Warna Garut merupakan salah satu Batuan yang sangat diburu para Gemlovers serta para kolektor ditanah air. Termasuk salah satu batuan langka yang cukup sulit untuk didapatkan kualitas supernya dengan harga yang sangat variatif, tergantung bahan dari batu tersebut, ada yang menjualnya 5 jt per kilonya bahkan sampai puluhan juta rupiah untuk satu kilo bongkahan batu tersebut.

Batu keluarga Chalcedony ini sangat identik dengan fossil kayu yang berwarna warni, ada yang berwarna hijau, merah, biru, kuning, lavender serat warna coklat dan yang paling diburu oleh Gemlovers adalah yang warna hijau, karena menurut para penggali batu. Intisari dari Batu Garut tersebut adalah yang berwarna hijau, sehingga terdapat perbedaan harga untuk batu yang berwarna hijau dengan batu warna lainnya. Sehingga anggapan sebagian orang, warna hijau adalah warna “Misteri”

Menurut cerita yang beredar di masyarakat setempat, sebelum dilakukan proses penggalian Batu Garut, biasanya para penggali meminta izin dulu kepada Tuhan dan kepada para “penunggu” di seputaran lokasi penggalian lengkap dengan sesajennya, agar para penggali diberikan panduan mengenai arah dan lokasi yang tepat dimana bahan batuan tersebut berada. Sehingga memudahkan bagi penggali untuk dapat menemukan Batuan tersebut.

Memang kesan mistis perburuan Batu Garut sangat kental terasa, hal ini disebabkan karena lokasi perburuan batu tersebut sangat jauh didalam hutan belantara, naik turun perbukitan yang sangat terjal serta lubang penggalian yang sangat dalam dibawah tanah. Para “Pemburu bahan“ di tanah air pun mulai mengadu keberuntungan dan berdatangan ke lokasi penggalian Batu Garut. Dengan harapan mendapatkan batuan yang di cari, akan tetapi saat ini sangat sulit untuk mendapatkan Kualitas Batuan super yang diinginkan oleh Para “Pemburu bahan”.

Ada yang mendapat-kan dan tidak sedikit yang pulang dengan tangan kosong, karena batu Garut tersebut seolah-olah mempunyai siklus 5 tahunan dan itu semua juga tergan-tung dari para penggalinyadan faktor musim tahunan yang mempengaruhi proses pencarian Batu tersebut. Menurut informasi yang didapat Tim kami, batu Ijo Garut kualitas Super yang beredar saat ini merupakan Koleksi “Tempoe Doeloe” para Kolektor, yang ingin menjual batu tersebut berdasarkan kenaikanharga pada saat ini.

Sebagai contoh, dulu ditahun 80-an mungkin batu tersebut dibeli seharga 10 ribu, seiring dengan berjalannya waktu, harga batu tersebut bisa dijual senilai 10 juta rupiah dan telah mengalami kenaikan harga sekitar 1.000 % bahkan bisa lebih. Fantastis bukan?

Ternyata selain saham, properti, emas, Batu Akik juga bisa dijadikan sebagai alat investasi,karena batuan tersebut kian hari kian sulit untuk didapatkan. Sehingga dengan sendirinya mengalami kenaikan harga yangcukup tinggi untuk masa akan datang. Mari kita mencoba ber-investasi di dunia perbatuan. Berikut beberapa manfaat Batu Garut yang mungkin akan menambah pengetahuan dan bahan referensi bagi para Gemlovers :

1. Memancarkan pesona asmara, dan kasih sayang walaupun pemakainya memiliki “wajah tidak tampan..

2.Memberikan rasa tentram bagi rekan kerja, pacar, istri maupun teman pemakai batu akik mustika ini.. Memunculkan aura dimana kita disayangi orang- orang disekeliling kita.

3.Memberikan dan memancarkan energi kharismatik. Walaupun terlihat menyenangkan, tetapi juga dihormati dalam kesehariannya.. Menimbulkan rasa percaya diri dihadapan khalayak, pimpinan maupun anak buah dikantor.. Dalam berkomunikasi atau negosiasi dapat membuat lawan bicara sangat percaya, kagum, dan tertegun dengan apa yang diucapkan.

Mungkinkah itu hanya sesuatu yang kebetulan. Wallahu’alam. Tapi menurut dunia supranatural, Batu Garut yang asli memang dipercayai mempunyai kekuatan yang bersumber dari makhluk gaib. Si makhluk bersemayam di dalam sebuah batu cincin tersebut dan mengikuti kemanapun batu tersebut berada. Informasi yang lain menyebutkan tabir rahasia dari tuah Batu Garut lewat ajaran dan ilmu para Ahli Hikmah terdahulu yang sudah terbiasa mempunyai batu sebagai pegangannya.

Kembali lagi pada hakekat kekuatan manusia dan makhluk hidup, bahwa segala sumber kekuatan hanya dari Allah Ta’alaa, dan kepada-Nya lah kita seharusnya bersandar.

Sehingga tidak akan ada ketergantungan akan hal-hal yang bersifat menduakan Sang Pencipta Yang Maha Kuasa dari segala-galanya.

Penggemar dan Pengrajin Batu Akik Makin Menjamur

Beberapa waktu belakangan, perajin batu akik di Kota Lubuklinggau mulai bermunculan. Banyaknya masyarakat yang kini menggemari atau mengkoleksi batu akik, membuat para perajin ini tumbuh, bak jamur di musim hujan. 
Dari Pantauan kami, perajin batu akik tak hanya didominasi oleh perajin lama yang biasa mangkal di tempat-tempat tertentu saja.
Kini, di pinggir-pinggir jalan hingga ke gang-gang dalam perkampungan penduduk, sudah banyak ditemui perajin batu akik yang menerima orderan mengasah batu akik.

Di tempat-tempat perajin itu, selalu ramai dikunjungi warga, tua maupun muda, bahkan kaum perempuan banyak yang menggunakan jasa para perajin ini untuk mengasah batu akik.Tak hanya siang hari, pada malam hari pun masih saja ada warga yang nongkrong di tempat perajin, menunggu batu akik pesanannya. Febri, salah seorang pengasah batu akik di Jalan Nangka Kelurahan Ponorogo Kecamatan Lubuklinggau Utara II saat kami temui mengakui, sejak beberapa bulan terakhir, dirinya tertarik untuk menjadi perajin batu akik.Meski diakuinya sudah lama ia bisa mengasah batu, namun baru beberapa bulan belakangan ini saja ia mulai tekun untuk menekuni profesi ini. Febri yang sehari-hari berprofesi sebagai teknisi orgen tunggal mencoba untuk menekuni kegiatan ini karena peminatnya makin meningkat.

“Sebenarnya saya sudah lama bisa mengasah batu akik, tapi belum saya tekuni secara serius, karena sehari-hari saya kerja jadi teknisi orgen tunggal. Sekarang ini  masyarakat makin demam batu akik. Maka saya buka tempat untuk mengasah batu akik,” ujarnya.

Diungkapkan, modalnya untuk mengasah batu adalah dua unit mesin gerinda listrik yang dimodifikasi dari mesin pompa air serta satu unit alat pemotong batu.

Tempatnya mengasah batu memanfaatkan sudut pekarangan rumah. Menurutnya, saat ini cukup banyak penggemar batu akik yang meminta jasanya untuk mengasah batu.
Dalam sehari bisa belasan hingga puluhan batu diasahnya. Bahkan, jika pesanan sedang banyak, sampai malam hari pun ia masih mengasah batu.
“Untuk satu batu akik yang diasah, saya mematok harga Rp 25 ribu,” katanya.
Menjamurnya para pengasah batu akik ini, tak terlepas dari maraknya penambangan batu mulia seperti Batu Tawon, Jangat, Sunkis, Bungur dan beberapa batu lokal lainnya di wilayah tetangga seperti Musirawas Utara (Muratara).
Batu-batu hasil penambangan tersebut, selain dijual keluar daerah hingga ke luar negeri, juga banyak diminati oleh warga Lubuklinggau. Biasanya untuk dijadikan perhiasan seperti batu akik dan liontin.

Edison, salah seorang warga RT 4 Kelurahan Batuurip Kecamatan Lubuklinggau Utara II mengakui, saat ini ia sering berburu berbagai jenis batu dari wilayah Muratara.
Batu-batu yang menurutnya bagus, ia bawa ke Lubuklinggau untuk dijadikan koleksi dan diasah menjadi berbagai macam perhiasan. “Ya kita cari batu yang motif atau warnanya cukup bagus, kemudian kita beli.
Di wilayah Muratara cukup banyak dijumpai batu-batu yang cukup bagus, asal kita sabar memilihnya. Batu ini bisa dijadikan perhiasan,” katanya.

Sementara itu, fenomena maraknya perajin batu akik seiring makin banyak pula penggemar batu akik saat ini, diakui oleh Heri, salah seorang pebisnis dan kolektor batu akik.
Menurutnya, batu akik memang sedang booming. Fenomena ini tak hanya terjadi di Lubuklinggau saja, bahkan juga terjadi di daerah-daerah lain, seperti Bengkulu hingga Jambi.

“Di wilayah yang pernah saya masuki dari mulai Bengkulu, Kepahyang sampai Curup, hingga ke Muarabungo Jambi, orang sedang menggilai batu akik. Kalau dari Bengkulu yang banyak dijumpai batu Red Raflesia, Airis Kuning dan Pelangi. Kalau Lubuklinggau batunya antara lain jenis Cempako, Panca Warna dan Jambi itu yang banyak digemari batu Sarang Tawon, sama seperti di wilayah Muratara,” katanya.
Diungkapkan, meski nama-nama batu ini berbeda di lain daerah, namun kadang ada kesamaannya. Ia mencontohkan, batu Red Raflesia yang berasal dari Bengkulu, ada kemiripan dengan batu Cempaka dari Lubuklinggau.
“Ya hanya beda-beda tipis, kalau dimasukkan ke laboratorium, namanya yang keluar sama, yaitu Calcedony,” kata Febri.

Menengok Pedagang Batu Bengkulu

Jika menyebut pasar, yang ada di pikiran kita adalah tempat dimana sembilan bahan pokok/sembako dijual. Becek, bau ,dan penuh dengan hilir mudik para pedagang maupun pembeli adalah suasana yang tergambarkan dikepala kita. Gambaran ini akan berbeda dengan pasar Palapa. Pasar Palapa adalah rumah bagi penjual dan pengrajin batu permata di Pekanbaru. Menurut para pedagang, Pasar Palapa merupakan pasar batu terbesar di Sumatera. Terdapat kurang lebih 40 pedagang yang memiliki kios di pasar ini. Mereka berasal dari berbagai daerah di Sumatera. Hal ini yang di utarakan Ajo, salah satu pedagang batu yang menggelar barang dagangan di depan teras salah satu kios yang tidak terpakai. “Ambo dari Bengkulu, dengan modal tidak terlalu besar ambo nekat ke Pekanbaru dan berdagang disini”. Sejak trend menggunakan cincin dengan batu mulia marak di Pekanbaru. Pengrajin batu mulia yang ada di Pasar Palapa mendapatkan untung.

“ Iko namo nyo batu hijau lumuik. Dari Sungai Dareh, Sumatera Barat” Dengan logat Minang yang kental Pak Ujang Pulau, pedagang batu akik yang menggelar barang dagangan di depan teras warung yang tidak dihuni menceritakan kepada saya dari mana asal batu berwarna hijau yang ada digenggaman tangannya. Percakapan antara kami berdua berlangsung di sebuah pasar unik yang ada di Pekanbaru. Pasar ini bernama pasar Palapa. Sebuah pasar yang terletak di jalan Durian. Labuh Baru.

Menurut Pak Ujang, batu-batu yang dijual di pasar sebagian besar berasal dari Sumatera Barat, Bengkulu, Medan, Aceh, bahkan dari Irak. Masing-masing batu yang dijual memiliki peminat yang berbeda. Beberapa jenis batu yang dijual di pasar adalah; Batu hijau lumut, batu badar basi, batu lumut sukki, batu pucuk pisang. Batu batu tersebut adalah beberapa jenis batu yang berasal dari Sungai Dareh, Sumatera Barat.

Batu yang berasal dari Sungai Dareh memiliki tekstur yang unik. Batu hijau lumut misalnya. Batu yang disebut dengan batu giok Sumatera Barat ini memiliki tekstur seperti diselimuti dengan selimut berwarna hijau. Saat saya memperhatikan detail kristal dari batu hijau lumut, tiba tiba saja Pak Ujang memberikan lampu senter yang tadi berada di genggamannya.  “Ini cara untuk menguji melihat tekstur dari batu, coba disenter patahan berwarna hijau itu. Jika tembus, itulah batu hijau lumut asli.” Ujar nya. Harga dari batu cincin yang berupa batu alam ini tidaklah mahal. Cukup dengan Rp 30.000 kita sudah bisa membawa batu cincin ini kerumah. Para hobiis batu menyebut batu yang masih mentah ini dengan nama “ batu bahan”.

 Pak Ajo, pedagang batu cincin yang berasal dari daerah Bengkulu. Dengan modal rata rata 3 sampai 4 juta mereka sudah bisa menjual bahan batu cincin ke Pekanbaru.

Selain batu yang berasal dari Sungai Dareh,Sumatera Barat. Di pasar ini juga banyak diperjual belikan batu yang berasal dari Bengkulu. Batu dari Bengkulu ini memiliki keunikan. Menurut Pak Ajo, salah seorang pedagang yang berasal dari Bengkulu, batu batu cincin mentah dari Bengkulu didominasi oleh warna merah. Untuk membuktikan nya, Pak Ajo menyinari kristal yang ada di batu tersebut. Pendar cahaya merah yang melewati susunan kristal dari batu tersebut tertangkap oleh mata saya. Beberapa jenis batu dari Bengkulu yang dijual di pasar ini adalah sunkis, madu dan cimpago biru. Batu batu alam dari daerah Bengkulu dijual dalam bentuk bongkahan berwarna coklat kusam dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa. Sebagian besar batu batu bahan yang di jual di pasar Palapa berasal dari alam. “Beginilah sekarang penghidupan kami, cengkeh sudah habis, sawah sudah habis, sekarang tinggal batu yang bisa kami jual” ujar Pak Ujang kembali.

Jika dibagian depan pasar didominasi dengan bongkahan bongkahan batu mentah. Pada bagian dalam pasar suasana nya lebih menarik. Di sini, saya bisa melihat para pengasah batu, pengamplas batu, dan para penjual ikatan atau dudukan batu berupa platina ataupun perak. Suara geraman dari mesin pemotong batu saling bersautan saat saya sedang berdiskusi dengan salah satu pemilik toko mengenai harga dan jenis ikatan dari batu cincin.

Untuk mengasah batu menjadi batu cincin, rata rata dibutuhkan biaya Rp 30.000 sampai Rp 50.000, namun, ini tergantung dengan bentuk batu bahan yang ingin dihasilkan. Sedangkan untuk mendapatkan ikatan dari batu cincin yang berbahan dasar platina dan perak. Biaya yang kita butuhkan juga tidak terlalu besar, Rp 150.000 sampai 175.000 untuk bahan platina dan Rp 300.000 keatas untuk bahan ikatan yang terbuat dari perak murni.

Jika kita sudah sampai ketahap kolektor batu cincin. Ada sebuah kepercayaan unik yang dipercayai oleh mereka. Kepercayaan tersebut adalah ada kecocokan antara batu yang kita beli dengan diri kita. Salah satu pembeli batu bernama Febri percaya akan hal itu, “Sudah empat kali saya membeli batu dan diasah, namun ke empat batu ini pecah berderai pada saat dipotong” ujar nya, “Atap rumah saya adalah saksi dimana batu-batu cincin yang saya beli itu saya lempar keatas karena tidak bisa dijadikan batu cincin” tutp Febri.

Giok Bio Solar dari Tanah Gayo

Gayo kepingan tanah syurga di Serambi Mekkah, itulah kata yang sering terdengar sebagai julukan Dataran Tinggi Tanoh Gayo (Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues). Yah memang begitu kenyataannya, daerah ini kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) salah satunya adalah jenis bebatuan yang kini hangat diperbincangkan di Provinsi Aceh bahkan Nasional yakni batu Giok.

Konon batu Giok Aceh hanya terdapat kedalaman hutan Gayo dan sebagian Kabupaten Nagan Raya. Jenis bebatuan ini paling diburu para kolektor, tak jarang mereka membelinya dengan harga yang fantastis. Namun ternyata kualitas batu Giok di Gayo jauh lebih bagus dibandingkan dengan batu Giok yang terdapat di Nagan Raya, karena memiliki kepadatan dan tekstur yang unik, sehingga para kolektor rela merogok kocek dalam-dalam, demikian klaim sejumlah kolektor batu Giok di Aceh Tengah.

Kualitas batu Giok Gayo ternyata tidak diikuti dengan pemahaman yang baik tentang batu ini, sehingga menjadi para pencari di Gayo sering tertipu dengan ulah para pembeli yang membeli dengan harga murah, padahal harga yang sebenarnya dari batu ini jauh dari apa yang terjadi di daerah Gayo saat ini.

Didaerah Lumut Kecamatan Linge misalnya, beberapa waktu lalu saat kami berkunjung ke daerah tersebut, masyarakat sekitar hangat membicarakan batu ini, daerah ini memang salah satu tempat dimana batu Giok berada yang terletak jauh dipedalaman hutan pinus, sampai-sampai masyarakat setempat rela menempuh perjalanan berhari-hari masuk ketengah hutan. Akan tetapi pemahaman tentang batu Giok oleh masyarakat setempat masih jauh dari harapan, sehingga mereka rela menjual batu Giok nya dengan harga yang sangat rendah.

Menanggapi masalah tersebut, salah seorang kolektor batu Giok asal Takengon, Edi Tebe beberapa waktu lalu setelah menerima informasi terkait harga yang dijual para pencari batu Giok di Gayo kepada kolektor merasa miris. Sebab harga batu Giok sebenarnya bukanlah seperti yang diungkapkan kebanyakan warga.

“Miris sekali mendengar kabar ini, padahal batu Giok harganya lebih mahal dari harga yang mereka jual, hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dari warga pencari Giok didaerah kita, dan sudah pasti mereka tertipu oleh pembeli,” ungkapnya.

Menanggapi kondisi tersebut, Edi Tebe selaku putera asli daerah Gayo meminta kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah untuk ikut berperan aktif terkait kondisi saat ini, jika tidak masyarakat Aceh Tengah akan terus menerus kena tipu.

“Pemerintah melalui dinas terkait harus turun tangan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang batu Giok, selain memberikan penjelasan tentang harga masyarakat juga harus diberikan pemahaman tentang jenis batu Giok, karena menurut saya Giok Solar saja ada beberapa jenis, belum lagi Indocrase dan Neon,” katanya.

Dilanjutkan, setelah memberikan pemahaman kepada masyarakat pencari batu Giok, Pemerintah Aceh Tengah juga harus membuat peraturan hasil dari batu Giok, yang dinilainya merupakan hasil tambang yang sangat luar biasa.

“Jika ada aturan dari Pemerintah, pembeli dari luar daerah tidak bisa seenaknya lagi masuk kesini karena sudah diatur dengan peraturan, kalau tidak meraka masuk keluar Gayo seenaknya saja, Pemerintah Daerah juga tidak dapat apa-apa yang Semestinya ini bisa menjadi PAD,” terangnya.

Sepengetahuan Edi, batu Giok yang terdapat di Gayo sangat bervariasi, mulai dari Giok Solar yang mencapai harga paling murah 5 juta rupiah per kilogram, Giok Indocrase 15 juta per kilogram, sedangkan Indocrase Neon bisa mencapai 50 juta per kilogram nya. Kesemua jenis Giok itu ada di Gayo saat ini.

“Jadi sangat disayangkan jika para pengumpul menjual Giok Solar nya hanya 1,5 juta rupiah, Indocrase hanya 4 juta rupiah saja, padahal harganya lebih dari itu,” ujarnya.

Menurutnya para pencari tidak boleh disalahkan, karena memang keterbatasan pemahaman yang kurang sehingga pembeli yang didominasi orang dari luar daerah seenaknya menjatuhkan harga. ”Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan, orang luar seenaknya masuk dan beli Giok kesini dengan harga murah,” keluhnya.

Batu Idocrase Bio Solar Tak Lagi Mudah Dicari

Perut bumi Serambi Mekkah ternyata menyimpan kekayaan alam yang melimpah. Selain minyak, gas, biji besi dan logam mulia yang sudah dieksploitasi secara besar-besaran. Selain Selain minyak, gas, biji besi dan logam mulia yang sekarang paling diburu adalah batu mulia, Giok. Batu alam bernilai tinggi dengan kualitas paling baik itu ada di kawasan pegunungan Singgah Mata, Nagan Raya. Bagaimana jejak perburuan dan proses eksploitasi batu mulia itu di kawasan hutan lindung tersebut? Simak beberapa laporan berikut.

Lubang-lubang bekas galian dengan kedalaman yang bervariasi tampak bertebaran. Pecahan-pecahan batu besar berserakan di lereng bukit. Beberapa pohon sepertinya sengaja direbahkan untuk memudahkan truk keluar-masuk. Namun, siang itu, suasana di sekitar lokasi tersebut tampak sepi. Tak terlihat aktivitas apa pun.

Padahal, beberapa hari sebelumnya, wilayah pegunungan Singgah Mata yang juga termasuk kawasan hutan lindung, ramai oleh hiruk-pikuk para pencari batu giok. Saat kami ‘menyusup’ ke kawasan ini, pekan lalu, para pencari batu memang sedang ‘tiarap’. Soalnya, beberapa hari sebelumnya Pemkab Nagan Raya menerjunkan tim untuk menyetop eksploitasi batu alam di sana.

Para penambang batu berasal dari berbagai kawasan di Aceh. Bahkan banyak juga yang berasal dari Sumatera Utara. Beberapa warga desa di sekitar Gunung Singgah Mata, kini banyaknyang alih profesi: Dari petani/pekebun menjadi penambang batu alam.

Untuk mencapai kawasan itu tidaklah terlalu sulit. Dari pinggir Jalan Nasional Ladia Galaska, hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk mencapai kawasan tersebut dengan jarak tempuh sekitar 10 kilometer. Tetapi pada siang hari cuaca di area ini sering bermasalah.

Sebagai kawasan hutan lindung yang masih menyisakan tutupan vegetasi yang cukup baik, hujan sering turun di siang hari. Saat bertandang , kami juga kesulitan memotret detail. Hujan lebat disertai kabut memaksa kami untuk cepat-cepat kembali.

Hasil penelusuran kami, bisnis penambangan batu giok ini sangat menggiurkan. Satu bongkah batu seukuran genggaman tangan orang dewasa misalnya, bisa dijual dengan harga Rp 800 ribu. Jika berhasil menurunkan satu truk, seperti dilakukan beberapa pihak selama ini dengan menjualnya ke Medan, maka bisa meraih rupiah sampai Rp 250 juta.

“Biasanya mereka menyelundupkan dengan truk pada malam hari. Sudah ada penampung yang menunggu di Medan,” kata seorang warga yang tinggal tidak jauh dari kawasan hutan lindung tersebut.

Sedangkan penambang tradisional mengolah bongkahan-bongkahan batu kecil menjadi cincin, dengan standar harga antara Rp 50.000 hingga Rp 300.000 per cincin. Jika belum sempat diolah pun, batu ini masih dihargai sampai Rp 100 ribu per kilogram.

Tak mudah menambang batu yang dinilai juga punya kekuatan magis ini. Menurut cerita seorang pekerja, batu alam yang berkualitas baik tertimbun jauh di dalam tanah. Kedalamannya tak kurang dari 30 meter. “Memang ada juga yang mudah diambil dan menyembul ke atas, namun jumlahnya sedikit,” kata dia.

Penambangan batu alam di lokasi ini disebut-sebut dikontrol langsung oleh bos yang merupakan warga turunan asal Medan, Sumatera Utara. Sang bos juga disebut-sebut ikut dibekingi oleh aparat. Beberapa unit alat berat juga sering dikirim ke kawasan hutan lindung itu untuk mendukung penggalian batu alam tersebut. Itu sebabnya, banyak orang yang tidak yakin penambangan ilegal ini bisa dihentikan.

“Penambangan batu alam di kawasan hutan lindung tersebut memang sulit dikendalikan. Masalahnya, sebagian besar warga di sekitar kawasan ini telah menjadikan lahan tersebut sebagai mata pencaharian mereka, karena pendapatan yang diperoleh sangat menjanjikan. Selain itu, orang-orang berpangkat juga terlibat,” kata seorang warga.